Memperisteri Jin
https://onani-crot.blogspot.com/2013/11/memperisteri-jin.html
Dikisahkan, ketika itu Kerajaan Banten belum menganut Islam. Kai Terumbu
memiliki lima orang anak. Anak pertama bernama Abdul Fattah, atau
terkenal dengan sebutan Ki Beji atau Ki Buyut Beji. Julukan ini karena
Abdul Fattah terkenal sebagai sosok berhati besi dengan pembangkangannya
terhadap penjajahan Kompeni Belanda.
Kali ini, Cerita Pagi mencoba merajut cerita rakyat Banten terkait
berbagai keanehan proses Ki Buyut Beji dalam mencari istri dari kalangan
jin, sehingga menyerupai sebuah legenda. Sebelum menikahi putri jin,
saat menjelang dewasa, Ki Buyut Beji pernah memiliki seorang istri dari
kalangan manusia. Namun istrinya tidak berumur panjang.
Saat Ki Buyut Beji ingin mencari istri kembali, para wanita ternyata
tidak ada yang mau karena takut akan berumur pendek. Akhinya, Ki Buyut
Beji menghadap ayahnya Kiai Terumbu.
Oleh Kiai Terumbu, dia disarankan mencari istri dari golongan jin.
Syarat agar mendapat istri dari golongan jin adalah dengan membuat sumur
pemandian di satu kampung yang terdapat hutan belentara dan belum
pernah terjamah manusia.
Apabila sumur itu digunakan mandi oleh wanita dari golongan jin, maka,
Ki Buyut Beji harus berusaha mengambil salah satu pakaiannya. Setelah
menerima wejangan dari ayahandanya, Ki Buyut Beji pun mencari kampung
dimaksud. Maka didapatlah kampung yang bernama Kasemen Kota Serang, di
sanalah dia menggali sumur.
Namun, setelah beberapa lama menunggu, tidak satupun wanita dan golongan
jin yang mandi. Setelah gagal, Ki Buyut Beji membuat sumur yang sama di
Kampung Pontang Kabupaten Serang, tetapi Setelah beberapa hari
menunggu, ternyata juga tidak ada hasilnya.
Karena dua kali gagal, akhinya dia kembali menghadap ayahnya. Oleh Kiai
Terumbu, Ki Buyut Beji diperintahkan membuat sumur di kampung yang di
tempati Kiai Terumbu, yaitu Kampung Padadaran (sekarang bemama kampung
Terumbu dan sumumya dikenal dengan nama sumur Pulauan-Pen).
Setelah selang tiga hari menunggu, maka, terlihat tanda-tanda air sumur
keruh. Ini berarti ada jin wanita yang telah mandi. Keesokan malamnya,
Ki Buyut Beji mengintip sumur buatannya dan terlihat olehnya tiga jin
wanita sedang mandi.
Dua jin wanita mengetahui bahwa Ki Buyut Beji sedang mengintip mereka,
maka, keduanya segera mengambil pakaiannya dan langsung menghilang.
Tinggal satu jin wanita yang masih di sumur. Ki Buyut Beji segera
mengambil pakaiannya, dan menyembunyikannya di dalam lumbung padi.
Saat jin wanita itu mencari pakaiannya dia bertemu dengan Ki Buyut
Beji. Oleh Ki Buyut Beji, jin wanita itu diberikan pakaian manusia
Syahdan, dia lalu diajak oleh Ki Buyut Beji ke tempat Kiai Terumbu.
Selanjutnya Kiai Terumbu menikahkan Ki Buyut beji dengan jin wanita itu.
Setelah menikah, Kiai Terumbu berpesan kepada Ki Buyut Beji bahwa
mereka akan hidup normal selayaknya manusia selama pakaian itu tidak
ditemukan jin wanita yang telah menjadi isteri syahnya.
Suatu saat Ki Buyut Beji diundang rapat oleh para Wali Songo di Demak. Dalam perjalanan ke Demak ada beberapa kejadian penting.
Di hari pertama perjalannya ke Demak, Ki Buyut Beji menemukan burung
dara mati di depannya, dia pun menangisi burung tersebut sambil berkata,
“Andai saja Allah menjadikan burung ini hidup kembali, maka dia akan
dapat berguna bagi anak dan keluarganya”.
seketika itulah Allah SWT mengabulkan permintaan Ki Buyut Beji.
Burung itu langsung hidup dan dengan izin Allah dapat berbicara dengan
bahasa manusia. Burung itu berkata kepada Ki Buyut Beji, “Jika Ki Buyut
Beji butuh pertolongan; maka, saya akan membantu. Hentakkanlah kaki Ki
Buyut ke bumi tiga kali sebelum memanggilku, maka, aku akan datang,"
kata burung dara.
“Baiklah, bila aku membutuhkan pertolonganmu aku akan panggil dirimu,"
timpal Ki Buyut Beji. Kemudian burung dara itu pergi meninggalkan Ki
Buyut Beji. Pada hari kedua perjalanan, Ki Buyut Beji menemukan belut
putih mati di depannya. Ki Buyut Beji pun kembali menangisi belut
tersebut sambil berkata, “Andai saja Ya Allah, belut ini hidup kembali,
maka dapat berguna bagi anak dan keluarganya.”
Seketika itu pula Allah mengabulkan permintaan Ki Buyut Beji, belut itu
langsung hidup, dan dengan izin Allah dapat berbicara dengan Bahasa
manusia.
Belut itu berkata kepada Ki Buyut Beji, “Jika Ki Buyut Beji butuh
pertolonganku, maka, aku akan membantumu. Hentakkan kaki Ki Buyut ke
bumi tiga kali sebelum memanggilku, maka, aku akan datang kepadamu.
“Baiklah bila saya membutuhkan pertolanganrnu aku akan panggil kamu,"
tutur Ki Buyut Beji. Kemudian belut itu pergi meninggalkan dirinya,
hilang raib begitu saja.
Pada hari ketiga perjalanan, Ki Buyut Beji menemukan lalat besar mati di
depannya. Sama seperti terhadap kedua makhluk terdahulu, Ki Buyut pun
kembali menangisi lalat besar tersebut sambil berkata, “Andai saja Ya
Allah lalat ini hidup kembali maka dia akan berguna bagi anak dan
keluarganya.” Seketika Allah SWT juga mengabulkan permintaan Ki Buyut
Beji.
Lalat itu pun langsung hidup kembali, dan dengan seizin Allah dapat
berbicara dengan bahasa manusia. Lalat itu berkata kepada Ki Buyut beji,
“Jika Ki Buyut Beji butuh pertolonganku, maka, aku pun akan membantumu.
Hentakkan kaki Ki Buyut ke bumi tiga kali sebelum memanggilku, maka,
aku akan datang kepadamu," kata Lala.
“Baiklah, bila aku membutuhkan pertolonganmu, maka, aku akan panggil
dirimu," ucap Ki Buyut Beji, kemudian lalat itu pun pergi meninggalkan
Ki Buyut Beji, hilang raib dari hadapannya
Pada malam terakhir perjalanan pulang dari Demak menuju Kampung Terumbu,
Banten, Ki Buyut Beji menemukan burung garuda besar mati di depannya.
Sama seperti yang terdahulu, Ki Buyut Beji pun kembali manangisi garuda
besar tersebut sambil berkata, “Andai saja Ya Allah burung ini hidup
kembali, maka dia akan dapat berguna bagi anak dan keluarganya.”
Seketika itu pula Allah SWT mengabulkan permintaan Ki Buyut Beji. Burung
garuda itu langsung hidup dan dengan seizin Allah dia dapat berbicara
dengan bahasa manusia, burung garuda itu berkata kepada Ki Buyut Beji,
“Jika Ki Buyut Beji butuh pertolonganku, maka aku akan membantumu:
Hentakkan kaki Ki Buyut ke bumi tiga kali sebelum memanggilku, maka, aku
akan datang ke hadapanmu,” kata burung garuda.
“Baiklah, bila aku membutuhkan pertolonganmu aku akan panggil dirimur,"
timpal Ki Buyut Beji. Kemudian burung garuda itu pergi meninggalkan Ki
Buyut Beji, terbang mengangkasa.
Setelah beberapa hari perjalanan, dari Demak akhirnya sampailah dia di
rumahnya. Ketika itulah Ki Buyut Beji terkejut karena istrinya yang
berasal dari bangsa jin sudah tidak ada lagi. Walau sudah mencari kemana
mana, tapi tidak bertemu juga.
Dalam keadaan bingung, Ki Buyut Beji teringat pada wasiat ayahandanya.
Sebelum bepergian, Kiai Terumbu telah mengingatkan Ki Buyut Beji untuk
menyembunyikan kunci lumbung padi tempat pakaian asli jin wanita itu
disembunyikan olehnya.
Ki Buyut Beji sudah melaksanakan wasiat, sayangnya kunci lumbung
tersebut dia dititipkan ke penjaga rumahnya yang bernarna Ki Besus.
Ingat akan hal ini, dia pun segera mernanggil Ki Besus untuk
diinterogasi perihal hilangnya sang istri:
“Ki, kunci lumbung sudah kutitipkan kepadamu dan tidak ada satu orang
pun yang boleh meminjam kunci tersebut termasuk istriku. Tapi mengapa
istriku tiba-tiba menghilang? Apa dia telah menemukan bajunya? Lalu dari
mana dia mendapatkan kuncinya kalau tidak dari Ki Besus sendiri,”
tanyanya kepada abdi setianya itu.
“Maafkan hamba Raden, Hamba memang salah, Hamba sudah mematuhi perintah
untuk tidak memberikan kunci lumbung kepada siapa pun, termasuk istri
Raden. Tapi hamba tertidur karena mengantuk sekali. Rupanya, pada saat
itulah istri Raden mengambil kunci lumbung itu,” jawab Ki Besus.
“Apakah kau yakin dia yang mengambilnya,” Desak Ki Buyut Beji. “Hamba yakin, Raden," tandas Ki Besus:
“Karena waktu itu tidak ada orang lain selain istri Raden sendiri. Saat
saya terbangun dari tidur, saya langsung ingat kunci itu. Lalu saya
lihat kunci itu telah tiada. Maka saya lari ke lumbung padi, dan
ternyata pintu lumbung telah terbuka. Saya pun mencari kemana-mana istri
Raden, tapi tidak menemukannya. Maafkan dan ampunilah hamba,” pinta Ki
Besus penuh penyesalan.
Ki Buyut Beji memaafkan kekhilafan Ki Besus: “Sudahlah kalau demikian.
Aku akan mencarinya sendiri,” katanya dengan hati yang masygul. Ketika
dalam keadaan bingung, Ki Buyut Beji teringat akan burung garuda yang
pernah dihidupkannya kembali dari kematian berkat izin Allah SWT.
Bukankah burung itu pernah berkata pada dirinya, bahwa bila dia
membutuhkan bantuannya maka tinggal sebut namanya sambil menghentakkan
kaki ke tanah tiga kali. Maka Ki Buyut Beji mamanggil burung garuda
tersebut dengan cara tadi. Memang, tak lama kemudian burung itu datang.
“Gerangan urusan apakah yang membuat Ki Buyut memanggil hamba," tanya sang garuda.
“Wahai burung garuda, bawalah aku ke istana jin. Aku yakin kau dapat membawaku kesana," kata Ki Buyut Beji.
Burung garuda itupun mengangguk menyanggupi permintaan Ki Buyut Beji.
Maka, Ki Buyut Beji menaiki punggung burung itu. Si burung itupun
membawa Ki Buyut Beji ke alam jin. Sesampai di gerbang istana jin, Ki
Buyut Beji di tahan oleh penjaga istana tersebut. Menurut penjaga istana
jin, golongan manusia tidak diperkenankan masuk ke dalam istana
mereka.
Tapi Ki Buyut Beji tetap bersikeras untuk masuk ke dalam istana jin
dengan alasan ingin mencari istrinya yang berasal dan golongan jin.
Setelah terjadi debat, penjaga istana jin itu pun meminta Ki Buyut Beji
menunggu di depan gerbang istana karena dia akan menghadap kepada
penguasa istana jin tersebut lebih dahulu.
Tak lama kemudian penjaga istana jn itu kembali lagi ke tempat Ki Buyut
Beji menunggu. Menurut penjaga istana bahwa raja penguasa istana jin itu
memberi beberapa syarat kepada Ki Buyut Beji agar dapat membawa
istrinya kembali ke dunia.
“Katakanlah apa saja persyaratan yang diminta oleh rajamu itu," kata Ki Buyut Beji.
Sang penjaga istana jin akhimya memberitahukan syarat-syarat dimaksud.
Persyaratan pertama adalah, Ki Buyut harus mengambil air dari alam
manusia dan membawanya ke istana jin dengan keranjang yang bagian
bawahnya berlubang. Kemudian keranjang itu diberikan oleh penjaga istana
jin ke Ki Buyut Beji.
Sejenak Ki Buyut Beji berpikir, bagaimana caranya membawa air dengan
keranjang yang berlubang di bawahnya. Lalu, dia teringat akan belut
putih yang telah ditolongnya. Maka, Ki Buyut Beji memanggil belut putih
itu untuk datang ke tempatnya.
Setelah memanggil si belut, makhluk itu pun datang dan melilit bagian
bawah keranjang yang berlubang tersebut, sehingga Ki Buyut Beji dapat
membawa air dari alam manusia ke alam jin Setelah menjalani persyaratan
pertama, penjaga tersebut memberikan persyaratan kedua, yaitu Ki Buyut
Beji harus mencari sendiri lokasi tempat dimana istrinya berada.
Ki Buyut Beji kebingungan untuk mencari lokasi istrinya berada,
berhubung istana jin itu terdiri dari ratusan lantai. Dalam kebingungan
inilah Ki Buyut Beji teringat dengan burung dara yang pernah di
tolongnya. Lalu, dia pun memanggil burung dara dengan menghentakkan
kakinya ke tanah.
Tak lama kemudian burung dara itu pun datang. Ki Buyut Beji memberikan
perintah untuk mencari lokasi keberadaan istrinya. Burung dara pun
segera terbang melewati lantai demi lantai kerajaan di alam jin. Sampai
akhirya si burung dara menemukan lokasi tempat istri Ki Buyut Beji
berada.
Kemudian, burung dara itupun melapor kepada Ki Buyut Beji. Ki Buyut Beji
pun menunggang burung garuda terbang menuju lantai tempat istrinya
berada. Sesampai di sana betapa terkejutnya Ki Buyut Beji karena di
tempat tersebut terdapat ribuan jin wanita yang berwajah serupa.
Karena kebingungan menentukan mana istrinya, Ki Buyut Beji pun memanggil
lalat besar yang pernah ditolongnya, dan memerintahkan untuk mencari
istrinya di antara ribuan jin wanita yang serupa itu.
Si lalat menjalankan tugasnya dengan baik, dan akhimya dia hinggap di
pipi salah satu wanita jin, yaitu istri dari Ki Buyut Beji.
Setelah menemukan istrinya, Ki Buyut Beji diperbolehkan membawanya
pulang ke alam manusia. Di alam manusia mereka hidup normal sebagai
sepasang suami istri manusia. Mereka dikaruaniai tiga orang anak yang
bemama Tanjung Anom, Kudup Melati, dan Dewi Rasa.
