Tasbih Terpanjang di Dunia Berada di Indonesia

Tasbih yang disebut-sebut terbesar dan terpanjang di dunia berada di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat.

Tasbih sepanjang 38 meter dan berusia lebih dari 350 tahun atau tepatnya 352 tahun lebih itu kerap digunakan warga selama Ramadan untuk berzikir bersama di Masjid Nur Hidayah, Kecamatan Binuang. Ada 33 ribu buah manjakani yang disambung menggunakan tali.

Menurut informasi yang beredar di warga, tasbih tersebut kali pertama dibawa oleh Ustadz Abdul Kadir dari tanah Arab. Abdul Kadir merupakan orang yang pertama menyebarkan Islam di Mandar.

Dulunya, tasbih itu juga digunakan untuk berzikir di acara khataman Alquran, maulid, dan tahlilan. Namun, untuk menjaga agar benda bersejarah tersebut tidak cepat rusak, saat ini tasbih hanya digunakan saat Ramadan saja.

Diperkirakan, tasbih tersebut merupakan yang terpanjang dan terbesar di dunia.

Petugas Balai Sejarah dan Benda Purbakala sudah beberapa kali meminta ahar benda tersebut dimasukkan ke museum. Namun, pewaris tunggal tasbih tersebut, Muslimin, enggan memenuhi permintaan tersebut. Alasannya, tasbih itu lebih bermanfaat bila berada di tengah masyarakat.

Sayangnya, beberapa tahun terahkir banyak biji tasbih yang sudah rusak dimakan usia. Untuk mengganti biji-biji tasbih yang rusak dan hilang, sang pemilik terpaksa memesan kayu khusus yang didatangkan dari Mesir.

Tasbih sepanjang 38 meter dan berisi 3.300 butir biji manjakani kini menjadi salah satu cagar budaya di Polewali Mandar, Sulawesi Barat.  Meski usianya diperkirakan sudah berumur 352 tahun, hingga kini tasbih tersebut masih terpelihara dengan baik. Agar benda sejarah ini tak cepat rusak, tasbih yang biasanya dipakai pada setiap upacara mulai dari khataman, maulid nabi, akikah, khitanan hingga pesta kematian itu kini hanya dikeluarkan pada bulan Ramadan saja.

"Untuk memperpanjang umur tasbih ini kita hanya mengeluarkannya pada bulan Ramadan saja," ujar Muslimin, salah satu cucu keturunan Abdul Kadir yang kini bertangggungjawab merawat dan memeliharanya.

Pada bulan puasa kali ini, tasbih peninggalan Abdul Kadir, ulama penyebar Islam di tanah Mandar itu kini dikeluarkan lagi. Jamaah Masjid Nurul Hidayah Kecamatan Binuang akan memakainya untuk berzikir seusai shalat lima waktu dan shalat tarawih berjamaah selama Ramadan.

Biasanya, sambil duduk melingkar, para jamaah ini melafalkan kalimat "la ilaha illallah" hingga 3.300 kali atau sebanyak biji tasbih ini. Tak hanya orang tua, anak-anak dan kalangan remaja pun turut berzikir bersama. Konon jika berzikir berjamaah seperti ini, Tuhan Yang Maha Esa akan menurunkan berkah dan keselamatan bagi warga kampung.

Dalam sejarahnya, Ulama Abdul Kadir dikenal sebagai sosok ulama kharismatik. Selain meninggalkan ribuan pengikut, tasbih dari biji manjakani ini juga menjadi peninggalannya. Konon, Abdul Kadir bersama sejumlah tokoh ulama lainnya, seperti Imam Lapeo mengembangkan Islam hingga menjangkau Sulawesi Barat dan sekitarnya.

Menurut Muslimin, tasbih ini dibuat oleh Abdul Kadir saat pertama kali menyebarkan Islam di Kerajaan Binuang sekitar 350 tahun lalu.
Sepeninggal Abdul Kadir, tasbih ini kini dimiliki dan dirawat secara turun-temurun oleh anak cucunya. Di zaman penjajahan Belanda, lanjut Muslimin, benda sejarah ini pernah ditanamkan di dalam tanah karena takut diambil penjajah Belanda.

Petugas Balai Sejarah dan Benda Purbakala sebenarnya sudah meminta Muslimin menyerahkan tasbihnya untuk disimpan di museum, namun dia menolaknya karena setiap tahun tasbih ini selalu dipakai oleh jamaah di bulan Ramadan.

Sayangnya, biji tasbih yang didatangkan langsung oleh Abdul Kadir dari Mekah itu kini sebagian telah hilang dicuri orang. Agar jumlah bijinya tetap 3.300, sebagian biji tasbih yang mungkin terpanjang di indonesia ini sudah diganti dengan biji dari kayu khusus yang ukurannya sama dengan biji aslinya.

Related

sufi 3161060347864400683

Follow Us

Connect Us

Side Ads

Text Widget

Info Pasang Iklan
KlikDisini !

Recent

Comments

Flag Counter

Social Community

item