https://onani-crot.blogspot.com/2014/11/lepas-karir-dari-dosen-buka-bisnis.html

Siti Aisah Farida rela melepaskan status sebagai Dosen Ekonomi di UT
demi mengembangkan usaha pembuatan alat peraga Tk. Siti sukses
memproduksi mainan edukatif dengan omzet per tahunnya mencapai Rp 900
juta. Musim liburan sekolah baru aja usai dan tahun ajaran baru pun
sudah dimulai. Khusus untuk lembaga pendidikan prasekolah dan Taman
Kanak-kanak (TK), tahun ajaran baru bisa berarti harus menyediakan dan
menambah lagi alat permainan edukatif untuk murid-murid baru.
Karena boleh jadi mainan atau alat peraga yang dimiliki sudah tak layak
lagi. Maka, sudah jauh-jauh dari pengelola lembaga pendidikan tersebut
memesan alat peraga baru ke produsennya. Salah satu produsen alat peraga
TK yang kebanjiran pemesanan menjelang tahun ajaran baru adalah Hanimo.
Di workshop sekaligus kantornya di bilangan sawangan, Depok, beberapa
alat peraga dan permainan edukatif lainnya nampak yang sudah
dipilah-pilah berdasarkan nama pemesan. Bahkan, diantaranya sudah
terbungkus rapi dan siap dikirim ke pemesan di luar jawa.
“Waduh mas, kalau tahun ajaran baru
ini saya dan karyawan sampai klenger (pingsan) menerima dan mengerjakan
pemesanan. Bahkan, ada pesanan yang sampai waktunya belum selesai karena
kendala sumber daya manusia. Kadang ada karyawan yang sakit atau tidak
masuk kerja dan itu bisa menghambat proses produksi. Terkadang tidak
bisa didelegasikan ke karyawan lain, karena masing-masing punya tugas
dan keahlian sendiri-sendiri. Ada yang bisa cuma mengecat, ada yang
khusus kayu dan mengelas besi, ada juga yang ahli menggambar”, papar
Siti Aisah Farida, pemilik Hanimo.
Sudah sejak tahun 1998, Siti bersama suaminya Yudiono bahu membahu
mengelola Hanimo. Sejak itu pula ratusan item produk dibuat untuk
melayani lembaga pendidikan prasekolah dan TK yang ada di Jakarta dan
luar Jakarta, termasuk dari luar Jawa. “Pendidikan tak terhenti,
termasuk pendidikan anak-anak. Apabila sekarang kan tak terbatas hanya
playgroup dan TK. Tapi juga ada pendidikan pra TK lain seperti PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini) dan BKB (Bina Keluarga Balita). Jadi
pasarnya masih terbuka karena mainanan edukasi masih tetap dibutuhkan,”
sambung Siti yang mantan Dosen ini.
Siti sebelumnya memang tercatat sebagai dosen ekonomi di kampus
Universitas Terbuka (UT), Pondok Cabe, Tangerang sejak tahun 1987.
Setelah melalui pertimbangan, tahun 1977 Siti mengundurkan diri sebagai
dosen supaya tidak fokus mengembangkan Hanimo yang ketika itu sudah
banyak menerima pesanan. Berbisnis alat peraga TK memang bukan hal baru
buat ibu dua anak ini. Siti adalah salah satu anak almarhumah Hj.
Nurohmah Sunarto, pemilik CV Mataram Indah yang sejak tahun 1972 dikenal
sebagai produsen alat peraga TK di Yogyakarta.
“Waktu saya diterima sebagai dosen di UT, saya juga bawa produksi
Mataram Indah ke Jakarta. Tahun 1988, saya buka alat khusus peraga TK di
kawasan Cirendeu, Jakarta Selatan.Saya juga jemput bola, mendatangi
sekolah-sekolah TK yang ada di Jakarta dan sekitarnya sambil menawarkan
produk. Dari situ, produk buatan ibu saya mulai di kenal di Jakarta,”
kisah Siti. ” Sekarang, Mataram Indah dikelola adik saya. Bahkan Mataram
Indah sekarang juga sudah buka Rumah Makan Ikan Segar Mataram Indah di
Yogyakarta.”
Setelah menikah dengan Yudiono, koleganya di UT tahun 1989, Siti berniat
membuka sendiri sebagian alat peraga TK. Dibantu beberapa tukang, Siti
mencoba memproduksi alat permainan edukatif dengan segmen sedikit di
bawah Mataram Indah yang mengincar pasar TK-TK menengah atas. Awalnya
sebatas memproduksi mebeler (bangku dan meja TK). Sayangnya, setahun
kemudian tempat usahanya di Cirendeu dipindah karena lahannya dipakai si
pemilik tanah. Bersama keluarga, Siti akhirnya memilih sebidang tanah
di kawasan Sawangan, Depok sebagai rumah baru dan sekaligus tempat
usahanya. Belakangan, usahanya dinamakan Hanimo,yang merupakan gabungan
nama panggilan dua anak lelakinya, Han-han dan Imo.
Meski sudah memproduksi sendiri, tapi untuk beberapa item produk yang
tidak dibuatnya, Hanimo masih mendatangkan dari Jogja. Begitu juga untuk
membuat alat permainan lainnya yang berbahan baku besi, seperti ayunan,
seluncuran ataupun titian besi, Siti men-sub-kannya ke tukang las yang
ada didekat rumahnya.
“Awalnya mereka tidak dibelakang workshop dan showroom Hanimo.Tapi,
untuk lebih praktis dan memudahkan produksi, kami sewa lahan dibelakang
rumah sebagai bengkel,” terang perempuan kelahiran Yogyakarta, 15
Februari 1959 ini. Saat ini kantor dan showroom Hanimo menempati lahan
seluas lebih dari 200 m2. Di belakang bangunan berbentuk semi permanen
tersebut, berdirilah rumah tinggal Siti dan keluarga.Tersebar tapi
saling berdekatan dengan bengkel Hanimo. Ada bengkel khusus las dan
besi, Ada jugabengkel yang khusus untuk melukis dan
mengecat. Rencananya, Siti akan membangun workshop sekaligus showroom
dalam satu atap di lahan seluas 700 m2 yang sudah dibelinya, tak jauh
dari tempat tinggalnya sekarang.
MENDAPATKAN KUCURAN KREDIT
Saat ini Hanimo menyediakan alat peraga TK mulai dari mainan dalam
kelas, perlengkapan PAUD dan playgroup, alat permainan edukatif
(APE),sampai perlengkapan administrasi dan buku-buku TK termasuk
seragamnya. Hanimo juga melayani jasa melukis tembok(mural) di dinding
sekolah serta pesanan alat peraga untuk menyandang autis. Harga jualnya
dipatok mulai dari Rp.800 / buah (perlengkapan) memasang tarif Rp. 50
ribu per meter persegi.
Produk Hanimo tidak hanya dipasarkan dengan cara jemput bola, tapi juga
lewat promosi mulut ke mulut dan ajang pameran.Tahun 2007 ini, dua ajang
besar pameran besar diikuti Hanimo, yakni Inacraft dan Pekan Budaya
Indonesia di JCC, Jakarta.
Dengan karyawan tetap berjumlah 40 orang dan 10 karyawan paruh
waktu,dalam setahun Hanimo bisa memproduksi 100 set mainan atau alat
peraga. Berapa omsetnya? ” Kalau menghitung omset susah, karena tiap
bulan bisa berbeda-beda, tergantung musimnya. Musim tahun ajaran baru
biasa bisa besar. Tapi, rata-rata kami bisa meraih omset sekitar Rp.900
juta per tahun,”ujar Siti yang mengaku membiayai sekolah untuk tiap satu
anak karyawannya ini.
Untuk bahan baku, perempuan yang aktif di Asosiasi UKM Depok, juga
sempat membuahkan penghargaan pada bulan Juli 2007 lalu dari Walikota
Depok karena berjasa memajukan UKM di wilayah tersebut. Lewat organisasi
itu juga dibantu rekomendasi dari Pemda,Komenkop dan UKM serta Kanwil
Departemen Perdagangan Depok, Hanimo kini menjadi mitra binaan dari
PT.Telkom dan Bank Mandiri. Bahkan, belum lama ini kedua perusahaan yang
dikenal punya banyak mitra binaan UKM tersebut, mengucurkan kredit
Hanimo senilai Rp.40 juta (Telkom) dan Rp.80 juta (Mandiri).
“Semula saya hanya memutarkan modal sendiri. Tapi alhamdullilah, ada
pihak ketiga yang peduli dengan kami. Modal kredit itu akan kami pakai
untuk mengembangkan produk lokal yang bisa bersaing dengan produk buatan
luar,” tandas alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia
(UII) Yogyakarta ini.
sumber: bisnis ukm