Lontar; Sastra Bali Dan Pengleakan
https://onani-crot.blogspot.com/2015/02/lontar-sastra-bali-dan-pengleakan.html
Di pulau Bali, Lontar
adalah sebagai salah satu Sastra dari daun-daun pohon siwalan yang
sudah tua. Lontar dengan segala isinya merupakan salah satu warisan
kekayaan rohani orang Bali yang memiliki arti yang sangat penting dan strategis. Sastra / Lontar-lontar di Bali, secara kualitatif maupun kuantitatif memiliki nilai yang sangat berharga.
Pembagian kepustakaan lontar Bali lebih disistematiskan menjadi :
Istilah Tantrayana berasal dari akar kata Tan = yang artinya memaparkan kesaktian atau kekuatan daripada Dewa itu. Di India penganut Tantrisme lebih banyak terdapat di India Selatan dibandingkan dengan India Utara.
Kitab kitab yang memuat ajaran Tantrayana banyak sekali kurang lebih ada 64 macam antara lain : Maha Nirwana Tantra, Kularnawa Tantra, Tantra Bidhana, Yoginirdaya Tantra, Tantra sara, dsb.
Dari Tantrisme munculah suatu faham “BHIRAWA” yang artinya hebat.
Paham Bhirawa secara khusus memuja kehebatan daripada sakti, dengan cara cara yang spesifik. Bhairawa inipun sampai berkembang ke Cina Tibet, dan Indonesia.
Di Indonesia masuknya saktiisme, Tantrisma dan Bhairawa, dimulai sejak abad ke VII melalui kerajan Sriwijaya di Sumatra, sebagaimana diberikan pesaksian oleh prasasti Palembang tahun 684, berasal dari India selatan dan tibet.
Perkembangan Saktiisme di Bali juga menjurus dua aliran mistik yaitu “PENGIWE & PENENGEN”
Dari Pengiwa munculah pengetahuan tentang “LEYAK”.
DESTI = Serana, TELUH = cetik TARANJANA = yang bisa terbang dan WEGIG = bebeki.
Dari Penengen muncullah pengetahuan tentang “KEWISESAN” dan “PRAGOLAN” = mantra.
Pengiwa berasal dari sistem “Niwerti” dalam doktrin Bhairawa, sedangkan penengen berasal dari sistem “Prawerti” dalam doktrin Bhairawa.
Selain itu beberapa formula dalam Atharwa Weda mengilhami mistik ini. Adapun kitab kitab Tantrayana di Indonesia antara lain: TANTRA WAJRA DHASUBUTHI CANDARA BHAIRAWA dan SEMARA TANTRA
Pada Jaman Raja Udayana yang berkuasa di Bali pada abab ke 16, saat I Gede Basur masih hidup yaitu pernah menulis buku lontar Pengeleakan dua buah yaitu “Lontar Durga Bhairawi” dan “Lontar Ratuning Kawisesan”. Lontar ini memuat tentang tehnik-tehnik Ngereh Leak Desti.
Dalam aksara Bali tidak ada yang disebut leak, yang ada adalah “liya, ak” yang artinya lima aksara(memasukkan dan mengeluarkan kekuatan aksara dalam tubuh melalui tata cara tertentu.
Lima aksara tersebut adalah Si, Wa, Ya, Na, Ma.
Tempat bermain-main leak adalah Kuburan. Apabila ada orang yang baru meninggal, anggota leak wajib datang ke kuburan untuk memberikan doa agar roh orang yang meninggal mendapatkan tempat sesuai dengan karmanya.
Doa leak tersebut berbunyi: Ong gni brahma anglebur panca maha bhuta, anglukat sarining merta. mulihakene kite ring betara guru, tumitis kita dadi manusia mahotama. ong rang sah, wrete namah.
Di Bali kuburan sering identik dengan keramat, seram karena seling muncul hal-hal aneh. kenapa ? karena disinilah tempatnya roh berkumpul dalam pergolakan spirit. Sensasi yang datang dari orang yang melakukan Pangleakan tersebut adalah bisa keluar dari tubuhnya melalui ngelekas atau ngerogo sukmo.
Kata ngelekas artinya kontraksi batin agar badan astral kita bisa keluar. Inilah alasanya orang ngeleak. Roh bisa berjalan keluar dalam bentuk cahaya melesat dengan cepat, inilah yang disebut endih. Bagi yang mempelajari kerohanian apa saja, apabila mencapai puncaknya dia pasti akan mengeluarkan cahaya (aura). Cahaya ini keluar melalui lima pintu indria tubuh yakni telinga, mata, mulut, ubun-ubun, serta kemaluan.
Endih ini adalah bagian dari badan astral manusia (badan ini tidak dibatasi oleh ruang dan waktu). Di sini pelaku bisa menikmati keindahan malam dalam dimensi batin yang lain. Dalam dunia pengeleakan ada kode etiknya.
Leak mempunyai keterbatasan tergantung dari tingkatan rohani yang dipelajari. Ada tujuh tingkatan leak :
Dari sekian macam ilmu Pengleakan, ada beberapa yang sering disebut seperti
Hanya mereka yang mempraktekkan ilmu-ilmu tersebut yang mengetahuinya.
Setiap tingkat mempunyai kekuatan tertentu. Di sinilah penganut leak sering kecewa, ketika emosinya labil. Ilmu tersebut bisa membabi buta atau bumerang bagi dirinya sendiri. Hal inilah membuat rusaknya nama perguruan. Sama halnya seperti pistol, salah pakai berbahaya. Makanya, kestabilan emosi sangat penting, dan disini sang guru sangat ketat sekali dalam memberikan pelajaran.
Pembagian kepustakaan lontar Bali lebih disistematiskan menjadi :
- Weda (weda, mantra, kalpasastra);
- Agama (palakerta, sasana, niti);
- Wariga (wariga, tutur, kanda, usada);
- Itihasa (parwa, kakawin, kidung, geguritan);
- Babad (Pamancangah, usana, uwug), dan
- Tantri (tantri, satua).
Istilah Tantrayana berasal dari akar kata Tan = yang artinya memaparkan kesaktian atau kekuatan daripada Dewa itu. Di India penganut Tantrisme lebih banyak terdapat di India Selatan dibandingkan dengan India Utara.
Kitab kitab yang memuat ajaran Tantrayana banyak sekali kurang lebih ada 64 macam antara lain : Maha Nirwana Tantra, Kularnawa Tantra, Tantra Bidhana, Yoginirdaya Tantra, Tantra sara, dsb.
Dari Tantrisme munculah suatu faham “BHIRAWA” yang artinya hebat.
Paham Bhirawa secara khusus memuja kehebatan daripada sakti, dengan cara cara yang spesifik. Bhairawa inipun sampai berkembang ke Cina Tibet, dan Indonesia.
Di Indonesia masuknya saktiisme, Tantrisma dan Bhairawa, dimulai sejak abad ke VII melalui kerajan Sriwijaya di Sumatra, sebagaimana diberikan pesaksian oleh prasasti Palembang tahun 684, berasal dari India selatan dan tibet.
Perkembangan Saktiisme di Bali juga menjurus dua aliran mistik yaitu “PENGIWE & PENENGEN”
Dari Pengiwa munculah pengetahuan tentang “LEYAK”.
DESTI = Serana, TELUH = cetik TARANJANA = yang bisa terbang dan WEGIG = bebeki.
Dari Penengen muncullah pengetahuan tentang “KEWISESAN” dan “PRAGOLAN” = mantra.
Pengiwa berasal dari sistem “Niwerti” dalam doktrin Bhairawa, sedangkan penengen berasal dari sistem “Prawerti” dalam doktrin Bhairawa.
Selain itu beberapa formula dalam Atharwa Weda mengilhami mistik ini. Adapun kitab kitab Tantrayana di Indonesia antara lain: TANTRA WAJRA DHASUBUTHI CANDARA BHAIRAWA dan SEMARA TANTRA
Pada Jaman Raja Udayana yang berkuasa di Bali pada abab ke 16, saat I Gede Basur masih hidup yaitu pernah menulis buku lontar Pengeleakan dua buah yaitu “Lontar Durga Bhairawi” dan “Lontar Ratuning Kawisesan”. Lontar ini memuat tentang tehnik-tehnik Ngereh Leak Desti.
Dalam aksara Bali tidak ada yang disebut leak, yang ada adalah “liya, ak” yang artinya lima aksara(memasukkan dan mengeluarkan kekuatan aksara dalam tubuh melalui tata cara tertentu.
Lima aksara tersebut adalah Si, Wa, Ya, Na, Ma.
Kekuatan aksara ini disebut panca gni(lima api). Manusia mempelajari kerohanian apapun, ketika mencapai puncaknya pasti akan mengeluarkan cahaya(aura), cahaya ini keluar melalui lima pintu(indria)tubuh yaitu: telinga, mata, mulut, ubun-ubun, serta kemaluan namun pada umumnya cahaya itu keluar melalui mata dan mulut.
- Si adalah mencerminkan Tuhan.
- Wa adalah anugerah,
- Ya adalah jiwa.
- Na adalah kekuatan yang menutupi kecerdasan.
- Ma adalah egoisme yang membelenggu jiwa.
Tempat bermain-main leak adalah Kuburan. Apabila ada orang yang baru meninggal, anggota leak wajib datang ke kuburan untuk memberikan doa agar roh orang yang meninggal mendapatkan tempat sesuai dengan karmanya.
Doa leak tersebut berbunyi: Ong gni brahma anglebur panca maha bhuta, anglukat sarining merta. mulihakene kite ring betara guru, tumitis kita dadi manusia mahotama. ong rang sah, wrete namah.
Di Bali kuburan sering identik dengan keramat, seram karena seling muncul hal-hal aneh. kenapa ? karena disinilah tempatnya roh berkumpul dalam pergolakan spirit. Sensasi yang datang dari orang yang melakukan Pangleakan tersebut adalah bisa keluar dari tubuhnya melalui ngelekas atau ngerogo sukmo.
Kata ngelekas artinya kontraksi batin agar badan astral kita bisa keluar. Inilah alasanya orang ngeleak. Roh bisa berjalan keluar dalam bentuk cahaya melesat dengan cepat, inilah yang disebut endih. Bagi yang mempelajari kerohanian apa saja, apabila mencapai puncaknya dia pasti akan mengeluarkan cahaya (aura). Cahaya ini keluar melalui lima pintu indria tubuh yakni telinga, mata, mulut, ubun-ubun, serta kemaluan.
Endih ini adalah bagian dari badan astral manusia (badan ini tidak dibatasi oleh ruang dan waktu). Di sini pelaku bisa menikmati keindahan malam dalam dimensi batin yang lain. Dalam dunia pengeleakan ada kode etiknya.
Leak mempunyai keterbatasan tergantung dari tingkatan rohani yang dipelajari. Ada tujuh tingkatan leak :
- Leak barak (brahma). Leak ini baru bisa mengeluarkan cahaya merah api.
- Leak bulan,
- leak pemamoran,
- Leak bunga,
- leak sari,
- leak cemeng rangdu,
- leak siwa klakah. Leak siwa klakah inilah yang tertinggi. Sebab dari ketujuh cakranya mengeluarkan cahaya yang sesuai dengan kehendak batinnya.
Dari sekian macam ilmu Pengleakan, ada beberapa yang sering disebut seperti
- Bajra Kalika yang mempunyai siswa sebanyak seratus orang,
- Aras Ijomaya yang mempunyai prasanak atau anak buah sebanyak seribu enam ratus orang. Di antaranya adalah I Geruda Putih, I Geringsing, I Bintang Sumambang, I Suda Mala, Pudak Setegal, Belegod Dawa, Jaka Tua, I Pering, Ratna Pajajaran, Sampaian Emas, Kebo Komala, I Misawedana, Weksirsa, I Capur Tala, I Anggrek, I Kebo Wangsul, dan I Cambra Berag. Disebutkan pula bahwa ada sekurang-kurangnya empat ilmu bebai yakni I Jayasatru, I Ingo, Nyoman Numit, dan Ketut Belog. Masing-masing bebai mempunyai teman sebanyak 27 orang. Jadi secara keseluruhan apabila dihitung maka akan ada sebanyak 108 macam bebai.
Macam-macam ilmu pengLeakan lainnya :
Aji Calon Arang, Ageni Worocana, Brahma Maya Murti, Cambra Berag, Desti Angker, Kereb Akasa, Geni Sabuana, Gringsing Wayang, I Tumpang Wredha, Maduri Geges, Pudak Setegal, Pengiwa Swanda, Pangenduh, Pasinglar, Pengembak Jalan, Pemungkah Pertiwi, Penyusup Bayu, Pasupati Rencanam, Rambut Sepetik, Rudra Murti , Ratna Geni Sudamala, Ratu Sumedang, Siwa Wijaya, Surya Tiga Murti, Surya Sumedang, Weda Sulambang Geni, keputusan Rejuna, Keputusan Ibangkung buang, Keputusan tungtung tangis, keputusan Kreta Kunda wijaya, Keputusan Sanghyang Dharma, Sang Hyang Sumedang, Sang Hyang Surya Siwa, Sang Hyang Geni Sara, Sang Hyang Aji Kretket, Sang Hyang Siwer Mas, Sang Hyang Sara Sija Maya Hireng, dan lain-lain yang tidak diketahui tingkatannya yang mana lebih tinggi dan yang mana lebih rendah.Hanya mereka yang mempraktekkan ilmu-ilmu tersebut yang mengetahuinya.
Setiap tingkat mempunyai kekuatan tertentu. Di sinilah penganut leak sering kecewa, ketika emosinya labil. Ilmu tersebut bisa membabi buta atau bumerang bagi dirinya sendiri. Hal inilah membuat rusaknya nama perguruan. Sama halnya seperti pistol, salah pakai berbahaya. Makanya, kestabilan emosi sangat penting, dan disini sang guru sangat ketat sekali dalam memberikan pelajaran.
Selama ini leak dijadikan kambing hitam sebagai biang ketakutan
serta sumber penyakit, atau aji ugig bagi sebagian orang. Padahal ada
aliran yang memang spesial mempelajari ilmu hitam disebut penestian.
Ilmu ini memang dirancang bagaimana membikin celaka, sakit, dengan
kekuatan batin hitam. Ada pun caranya adalah dengan memancing kesalahan
orang lain sehingga emosi. Setelah emosi barulah dia bereaksi.
Pengwia banyak menggunakan rajah-rajah ( tulisan mistik) dan dia juga
pintar membuat sakit dari jarak jauh, dan “dijamin tidak bisa dirontgen
dan di lab”. Aliran ini bertentangan dengan pengeleakan, apabila perang
beginilah bunyi mantranya, “ong siwa gandu angimpus leak, siwa sumedang anundung leak, mapan aku mapawakan ………..”