Dunia Usaha Membutuhkan Spiritualis

Semua pakar supranatural, baik di Jawa Timur maupun di Bali, tidak memungkiri kiprah mereka dalam menunjang keberhasilan kalangan pengusaha khususnya pengusaha Bali. Seperti apa bentuknya ?

Semua hal berbau supranatural, jauh lebih universal dibanding hal-hal realita. Tidak terkecuali kiprah manusia di kancah bisnis lokal maupun nasional. Pendek kata, para pelaku usaha (pengusaha) kaya yang belakangan menguasai pangsa pasar bisnis lokal dan nasional, tidak dapat dipisahkan dari andilnya supranatural melalui berbagai pirantinya.

Tetapi, watak culas dan kemunafikan pada diri manusia selalu menepiskan realitas tersebut. Mereka sengaja memberikan kesan bahwa keberhasilan bisnisnya murni sebagai buah dari ketajaman naluri sebagai seorang pengusaha dalam membaca pangsa pasar, ditunjang dengan koneksi dan network yang solid.

Yang menarik, para pengusaha di Bali yang belakangan ini mulai menarik perhatian kalangan pengusaha nasional, kian tercium adanya keterlibatan peran supranatural dalam menopang kelancaran dan kesuksesan mereka dalam menjalankan usahanya. Pengakuan ini memang tidak pernah keluar melalui celah bibir mereka, sebab mereka menganggap tabu melibatkan supranatural dalam bidang usaha, meskipun hal itu sesungguhnya saling kait mengait bahkan susah untuk dipisahkan.

Salah satunya Gde Agung Jumenti, 77 tahun. Sosok yang dikenal sebagai ahli mistik dunia bisnis ini mengaku sedikitnya belasan pengusaha di sejumlah kota di Pulau Bali sudah meminta jasa supranaturalnya. “Jasa supranatural ini terutama dalam upaya membukakan gagasan bisnis sekaligus melancarkan proses usahanya,” urai Gde Agung Jumenti.

Tidak ada bedanya dengan pengusaha di seantoro negeri, lanjut Jumenti, kebanyakan dari mereka merasa percaya diri (PD) saat usahanya dibekingi supranaturalis, terutama supranaturalis yang sudah punya pamor. Dan faktanya, masing-masing pengusaha punya supranaturalis pribadi yang selalu membekingi setiap usaha apapun yang ditekuni.

Senada dengan Gde Agung Jumenti, orang pintar asal Jawa Timur, H Bagus Abdurrahman, 60 tahun, juga membenarkan kiprah supranatural di tengah-tengah gelora bisnis di Tanah Air. Bahkan dia mengecam keras terhadap pengusaha yang memungkiri jasa supranaturalis dalam menunjang pergerakan bisnisnya.
Kenyataan semacam ini, menurut Abdurrahman, sudah berlangsung lama. Bisa jadi sejak Indonesia belum merdeka. Hanya saja, karena takut menurunkan kredibilitas intelektualnya sebagai pengusaha, maka mereka suka memungkiri kenyataan yang sesungguhnya.

“Itu hal lumrah saja, sebab mereka memang lebih bangga ketika orang memuji kesuksesan bisnisnya dengan menyebut pengusaha ulet yang punya manajemen andal daripada dihubungkan dengan hal-hal berbau supranatural,” tandasnya.

Abdurrahman menyebutkan pula, keberhasilan pengusaha tidak mutlak hanya hasil kerja keras beking supranaturalis. Idealnya, supranatural berperan sebagai penunjang motivasi dalam melancarkan manajemen. Jadi, dirinya tetap menyetujui, yang lebih tepat, kesuksesan pengusaha disebabkan andalnya manajemen yang dimotivasi kekuatan supranatural, dengan seizin Tuhan tentunya.

Pengusaha di Pulau Dewata belakangan ini mulai menunjukkan eksistensinya sebagai orang-orang kaya dari hasil kesuksesannya meniti usaha di daerahnya. Keberhasilan ini tentu saja tidak terlepas dari gaung Bali sebagai obyek wisata bertaraf internasional. Dari sekian daftar pengusaha peringkat atas di Bali, memang sebagian besar bergerak di bidang pariwisata. Hal itu karena Bali identik dengan pariwisata, sehingga industri yang paling menonjol dan bisa melahirkan orang-orang kaya baru adalah dari bisnis pariwisata ini.

Memang, akibat Tragedi Bom Bali I (12 Oktober 2002) dan Bom Bali II (1 Oktober 2005), Bali menjadi
kering akan kunjungan wisatawan. Namun, dampak yang ditimbulkan hanya terasa di golongan bawah saja. Sedangkan golongan berduit dan berdeposito akan mencari usaha-usaha baru guna menambah simpanan yang berkurang gara-gara dampak tersebut. Terbukti, hanya dalam kurun waktu relative singkat, telah kembali bermunculan pengusaha-pengusaha dengan akumulasi kekayaan cukup mencengangkan.

Bukti otentiknya, hingga Desember 2007 tercatat 21 pengusaha pribumi dan pendatang yang mampu mengibarkan bendera keberhasilan dalam menggeluti kompleksitas usahanya. Berikut ini daftar nama pengusaha terkaya di Bali yang berhasil dirangkum dari sumber yang layak dipercaya:

1. I Wayan Kari, pemilik Grup Waka. Basis operasional di Bali. Bidang usaha pariwisata (Waka Land Cruise, Waka di Ume, Waka Nusa, Waka Maya, Waka Gangga, Waka Shorea, Waka di Abian, Waka Namya, Waka Barong, Hotel Oberoi Bali dan Lombok, Waka Dive), Konsultan Manajemen, Arsitektur (Sain D Sain), transportasi (taksi, rental mobil, kapal penumpang sepat), periklanan (Matamera Advertising), dan perumahan (menggarap hotel satu grup dan knockdown house), tiga hotel di Manado, dan satu di Bintan.

2. Anak Agung Ngurah Mahendra. Basis operasional di Bali. Mendirikan PT Khrisna Kreasi pada tahun 1985 di bidang usaha produksi dan eksportir garmen, forwarder dengan tiga cabang (Ubud, Jakarta, dan Surabaya), periklanan, perdagangan, jasa gudang, money changer, teknologi informasi, dan agen wisata, perusahaannya kini berjumlah 12 buah.

3. I Gde Wiratha dan Kadek Wiranatha. Basis operasional di Bali. Mendirikan PT Gde & Kadek Brothers. Bidang usaha pariwisata (penginapan, biro perjalanan, restoran kafe, kapal pesiar, dan penerbangan). Group Bounty (Bounty Hotel, Hotel Barong, Dewi Sri Cottages, Vila Rumah Manis, Bounty Cruises, Paddy’s Cafe, Sari Club, Bounty Mall, Double Six, Gado Gado Restaurant, AJ Hackett Bungy, taksi Pan Witri dan Praja Taksi), biro perjalanan Calvin Tour & Travel, Bali Safari Rafting, Air Paradise International. Berencana membangun kembali Sari Club di Legian, Kuta, yang dibom teroris pada 12 Oktober 2002 (Bom Bali I), dan sircuit balap Formula-1 (F-1).

4. Gde Sumarjaya Linggih. Pemilik grup Ganeca. Basis operasional di Bali dan Bandung. Bidang usaha hotel (Hotel Sol Lovina berkapasitas 120 kamar, 8 villa, dan satu president suite, serta hotel di Nusa Dua), printing supplier, dan minuman anggur (Indico Wine). Kini grup Ganeca Prima membawahi 11 anak perusahaan dan membangun Bali Trade Centre.

5. ABG Satria Naradha pemilik kelompok media massa Bali Post. Basis operasional Bali dan Mataram, kini ekspansi ke Jakarta, Yogya, Bandung, Semarang, Palembang, dan Aceh. Bidang usaha surat kabar (Bali Post, Denpost, Bisnis Bali, Suara NTB, dan Prima), tabloid (Tokoh, Bali Travel News, Wiyata Mandala, dan Lintang), radio (Swara Widya Besakih, Global Kinijani, Genta Bali, Singaraja FM), TV (Bali TV, Yogya TV, Semarang TV, Bandung TV, Palembang TV, dan Aceh TV) dengan pendapatan iklan per tahun yang menonjol sebesar Rp 198,3 miliar dari Bali Post ditambah Rp 33,3 miliar dari Bali TV.

Disamping kelima nama di atas, masih ada nama lain seperti: Putu Suryajaya, AAM Sukadhana Wendha, Putu Agus Antara, Putu Subada Kusuma, Ida Bagus Tjetana Putra, Nyoman Dana Asmara, Gede Agus Hardiawan, Desak Nyoman Suarti, Gde Ngurah Wididana alias Pak Oles, Bagus Sudibya, Tjok Oka Artha Ardhana. S, M. Sunhaji, Djuwito Tjahjadi, Joseph Theodorus Wulianadi alias Joger, dan Panudiana Kuhn.
Selain 21 orang pengusaha pribumi dan pendatang yang mengenyam kesuksesan di Bali, masih belasan pengusaha sukses lainnya yang belum sempat terdaftar, namun asset mereka rata-rata di atas Rp 5 miliar.

Dari belasan pengusaha tersebut, ternyata sangat sulit membuka mulut untuk mengakui andilnya supranaturalis terhadap kesuksesan usaha yang mereka geluti. Tetapi tidak semua pengusaha enggan untuk mengakui peran supranaturalis dalam menopang keberhasilan usahanya. Bagi pengusaha Jawa Timur, H Ariffin SE, kesuksesan bisnis mesti diusahakan secara total, mulai lahir maupun bathin.

Dijelaskan pengusaha otomotif pemilik 80 unit bus patas trayek antar kota antar propinsi tergabung dalam AKAP serta pengusaha kayu dan pabrik es ini, bahwa manajemen, koneksi dan tim network sangat besar perannya dalam mengemudikan kendaraan bisnis. Sehingga, tenaga ahli yang punya spesifikasi ilmu manajemen tertentu, punya nilai tawar tinggi saat direkrut bekerja di bidang usaha. Tetapi, kehandalan tenaga ahli masih belum lengkap tanpa dorongan bathiniah yakni doa. “Doa disini, selain doa pribadi masing-masing, biasanya agar lebih afdol, pengusaha meminta doa kepada orang-orang tertentu yang sudah mengibarkan bendera dalam kancah supranatural,” terang Ariffin.

Menurut Ariffin, idealnya pengusaha tidak perlu malu untuk mengakui hal ini. Sebab, tidak ada kata tabu bagi pengusaha untuk melibatkan paranormal dalam kapasitas untuk mendoakan keberhasilan usaha.

Related

supranatural 1372828441359921038

Follow Us

Connect Us

Side Ads

Text Widget

Info Pasang Iklan
KlikDisini !

Recent

Comments

Flag Counter

Social Community

item