Mengenal Malaikat (Bagian Pertama)

Di antara sekian banyak sifat-sifat malaikat, ada salah satu sifat yang perlu kita tahu. Mengapa? Karena kita membutuhkannya. Sifat itu adalah kecintaan malaikat hanya terhadap apa saja yang dicintai Allah, begitu pula benci. Jelas kita butuh cinta Allah swt, Sang Pemelihara kehidupan . Semua amal dan perbuatan kita hanya demi mendapat ridha dan cinta-Nya.

Oleh karena itu, kita perlu banyak tahu hal apa saja yang dicintai malaikat yang mulia itu. Dengan itu kita berharap Allah swt. mencintai kita. Sangat banyak keterangan dari Al Quran dan Al Hadits yang menjelaskan perkara-perkara yang dicintai makhluk yang mulia itu. Berikut ini di antaranya:

1.    Mencintai orang yang menuntut ilmu
Ajaran Islam memang memberikan penghargaan yang tertinggi kepada kalangan pencari ilmu dan kalangan yang memiliki ilmu. Penghargaan yang tinggi ini merupakan sebentuk dorongan bagi umat Islam agar berlomba dalam mencari ilmu.

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana ”(QS. Ali Imran 18).

Rasulullah Muhammad saw. bersabda, “Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayapnya untuk penuntut ilmu pengetahun sebab ridha dengan apa yang dilakukan oleh penuntut ilmu itu” (HR. At Tirmidzi, dari Abu Darda ra).

2. Mencintai orang yang mengajarkan kebaikan
Makna mengajarkan kebaikan adalah menyampaikan suatu kebenaran yang telah diilmui dan diamalkanya kepada orang lain, sehingga orang lain itu pun memahami perkara tersebut dan dapat melakukan amalan berdasarkan ilmu yang dimilikinya itu.

Orang alim dan yang memiliki banyak pengetahuan adalah kalangan yang akan sangat bepeluang untuk memberikan pengajaran kepada orang lain. Bagi mereka yang mengajarkan kebaikan akan dilimpahi oleh makhluk-makhluk Allah, termasuk para malaikat dengan shalawat.

Rasulullah saw. bersabda,”…Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain” (HR. Tirmidzi, dari Abu Umamah Al Bahily; dishahihkan Albani dalam kitab shahih at-tirmidzi ll/343)

Yang dimaksud penghuni langit dalam teks ini adalah para malaikat. Mereka akan bershalawat kepada manusia yang mengajarkan kebaikan kepada manusia yang lain. Oleh karena itu marilah kita berlomba-lomba dalam mengajarkan kebaikan kepada orang lain, agar kebaikan itu semakin meluas dan diamalkan oleh banyak pihak.

3.    Mencintai orang yang tidur dalam keadaan yang suci

Islam sangat mengutamakan kesucian atau kebersihan. Kebersihan dalam aspek rohani maupun kebersihan dalam pengertian fisik. Beberapa hadits menerangkan bahwa kebersihan atau kesucian itu adalah bagian dari iman.

”Bercuci itu sebagian dari iman, (bacaan) alhamdulillaah memenuhi  timbangan (kebaikan seorang hamba pada hari kiamat), (bacaan) subhanallaah dan alhamdulillaah keduanya memenuhi ruang yang ada di antara langit dan bumi. Shalat itu adalah cahaya (karena shalat yang baik dapat menunjukkan seseorang kepada perbuatan yang baik), shadaqah adalah bukti (keimanan), dan Al-Qur’an dapat menjadi saksi yang meringankanmu atau yang memberatkanmu. Semua manusia berangkat menjual dirinya (kepada Allah ataukah kepada setan), ada yang membebaskan dirinya (dari kehinaan dan azab) ada juga yang menghancurkan dirinya. (HR. Muslim, dari Abu Malik Al Haritsy bin ‘Ashim Al ‘Asy’ary ra).

Suci yang dituntut adalah suci dalam semua aspek dan suci dalam semua kondisi. Rasulullah mengajarkan hendaknya kita tidur dalam keadaan bersuci (memiliki wudhu). Karena orang yang tidur dalam keadaan suci, tidurnya akan ditemani malaikat dan akan didoakan malaikat.

Rasulullah saw. bersabda, ”Siapa saja yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa, ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci’” (HR. Ibnu Hibban, dari Ibnu Umar ra).

Bahkan, ketika seseorang dalam keadaan junub, demi menjaga kesuciannya, Rasulullah saw. menganjurkan berwudlu terlebih dahulu sebelum tidur.

Ibnu Umar ra berkata bahwa Umar ra bertanya kepada Nabi, ”Apakah seseorang di antara kami boleh tidur dalam keadaan junub?” Beliau menjawab, ”Boleh apabila di antara kamu berwudhu, tidurlah dalam keadaan junub” (dalam riwayat lain: “berwudhulah dan cucilah kemaluanmu, kemudian tidurlah”) (HR. Bukhari).

4.    Mencintai orang yang makan sahur
Makan sahur yang di sini tentu bagi mereka yang akan atau telah berniat untuk menjalankan ibadah puasa pada siang harinya. Malaikat akan memberikan shalawat bagi mreka yang makan sahur. Bukan bagi orang yang kebetulan hobi berdagang sehingga pada jam sahur mereka makan. Sabda Nabi saw, ”Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya bershalawat (mendoakan) orang-orang yang makan sahur” (HR. Ibnu Hibban dan Thabarani, dari Abdullah bin Umar ra).

Dalam teks hadits tersebut tidak terkait dengan makan sahur pada puasa di Ramadhan. Artinya, makan sahur untuk berpuasa sunnah di luar Ramadhan juga memperoleh keutamaan tersebut.

5.    Mencintai orang yang sabar ketika ditinggal mati keluarganya
Para malaikat akan mengamini doa anggota keluarga si mayit, jika mereka dapat menyikapi musibah kematian itu dengan sabar. Sebaliknya malaikat diperintahkan Allah untuk memukul si mayit jika anggota keluarga yang ditinggalkan mensikapi kematianya secara histeris (tak sabar).

Rasulullah  saw. besabda, “Jka anak seorang hamba meninggal, Allah berkata kepada malaikatnya, ”Kalian mencabut nyawa anak hamba-Ku?” Mereka menjawab, ‘benar.’ Kemudian Allah bertanya, ”Kalian telah mencabut nyawa buah hatinya?’ Mereka menjawab, ‘benar.’ Kemudian Allah bertanya, ”Lalu apa yang diucapkan oleh hamba-Ku itu? Mereka menjawab,’Dia memuji-Mu dan mengembalikan semua urusan kepadamu (mengucapkan inna lillahi wa inna ilahi rajiun, Red.).’ Maka Allah berkata, ”Bangunlah sebuah rumah di surga untuk hamba-Ku dan namai dengan Baitul Hamdi (Rumah Pujian)’”(HR-Tirmidzi, dari Abu Musa ra).

6.    Mencintai orang yang berzikir atau menghadiri majelis zikir
Zikir dimaksud adalah mengingat Allah dengan melafadkan pujian kepada Allah, dalam bentuk kajian atau taklim yang membahas ayat-ayat Allah, tilawah alquran ddsb. Berzikir adalah salah satu ciri penting umat yang beriman. Mereka melakukannya dimana pun dan kapan pun.

Firman-Nya, “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang pencipta langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka’” (QS. Ali Imran 191).

Efek dari zikir adalah bertambahnya kedekatan hamba dengan Allah. Paling tidak seorang hamba akan merasa dekat dengan pengawasan Allah, dengan selalu menyebut dan mengingat asma-Nya. Karena merasa dekat dan ingat kepada Allah, seorang hamba akan lebih memiliki kontrol diri dalam menjalankan kehidupanya sehari-hari, sehingga ia terhindar dari tindakan yang tidak baik.

Rasulullah saw. bersabda, ”Sesungguhnya Allah yang Mahasuci dan Mahaluhur mempunyai malaikat yang berkeliling dan utama sifatnya. Mereka mencari majelis-majelis zikir (pengajian atau hal-hal keagamaan, Red.). Apabila mereka menemukan suatu majelis yang di dalamnya berisi zikir, lalu mereka pun duduklah beserta hadirin yang ada di situ. Lalu mereka berbaris dan merapikan letak sayapnya sehingga memenuhi langit. Kemudian Allah bertanya dan Dia lebih mengetahui tentang keadaan hamba-hamba-Nya, ‘Dari mana kamu semua?’ Para malaikat menjawab, ‘Kami semua datang dari tempat hamba-hamba-Mu di bumi. Mereka mensucikan, mengagungkan, mengesakan, memuji-Mu serta memohon kepada-Mu.’
Allah berfirman lagi, ‘Apakah yang mereka mohonkan pada-Ku?’ Malaikat menjawab, ‘Mereka memohonkan surge-Mu.’ ‘Apakah mereka sudah pernah melihat surga-Ku?’ Malaikat menjawab, ‘Belum ya Tuhan.’ Allah berfirman, ‘Bagaimana sekiranya mereka tahu surga-Ku’ (maksudnya tentu akan lebih hebat lagi ibadahnya). Malaikat mengatakan, ”Mereka juga memohonkan perlindungan pada-Mu.’ Allah berfirman, ‘Dari apakah mereka memohonkan perlindungan-Ku?’ Malaikat menjawab, ‘Dari neraka-Mu ya Tuhan.’ Allah berfirman, ‘Apakah mereka sudah pernah lihat neraka-Ku?” Malaikat menjawab, ‘Belum ya Tuhan.’ Allah berfirman, ‘Bagaimana kalau mereka melihat neraka-Ku” Malaikat mengatakan, ’Mereka juga memohon pengampunan-Mu.’ Allah berfirman, ‘Aku telah memberikan pengampunan kepada mereka dan Kuberikan pula apa yang mereka minta serta Kuperlindungkan pula mereka dari apa yang mereka permohonkan perlindunganya.’ Malaikat mengatakan , ‘Di antara mereka ada seorang hamba yang banyak kesalahannya, ya Tuhan. Ia hanya berjalan melalui majelis zikir itu lalu ikut duduk dengan orang-orang tersebut.” Allah berfirman, ‘Orang itu pun Ku ampuni. Kelompok itu adalah kaum siapa saja menemani mereka tentu tidak akan menjadi orang yang celaka” (HR. Muslim).

7. Mencintai mereka yang bershalawat kepada Nabi Muhammad saw
Allah dan malaikat bershalawat (memberi penghormatan) kepada Nabi Muhammad saw. “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (QS. Al Ahzab 56). Lalu mengapa kita merasa enggan bershalawat kepada Nabi saw? Jika nama Rasulullah saw. disebut, masih banyak di antara kaum muslimin yang tidak mengucapkan shalawat. Mungkin karena tidak tahu atau bisa jadi karena malas.

Malaikat sangat apresiatif kepada umat Muhammad yang menyampaikan shalawat kepada Rasulullah saw. Mereka memberikan balasan langsung atas ucapan shalawat kita itu. Bahkan balasan mereka itu sepuluh kali lipat dari apa yang kita ucapkan.
Rasulullah saw. pada suatu hari datang dengan wajah gembira, lalu para ahabat berkata, ”Sesungguhnya kami melihat kegembiraan di wajah engkau.” Beliau bersabda, ”Sesungguhnya datanglah malaikat kepadaku. Ia berkata, ‘Wahai Muhammad, bukankah menjadikan engkau ridha bahwasanya tidaklah seseorang membaca shalawat atasmu melainkan aku memohonkan rahmat untuknya sepuluh kalinya dan tidak seorangpun memohon keselamatan atasmu melainkan aku memohonkan keselamatan baginya sepuluh kalinya.”(HR. An-nasa’I, dari Abdullah bin Abu Thalhah ra).


8.    Menyukai rumah yang dihiasi dengan lantunan al-Quran
Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar Rasulullah saw. Ia memiliki kandungan ajaran yang agung. Ia diturunkan Allah sebagai petunjuk bagi manusia agar tidak mengalami kerugian dalam menjalani kehidupannya.

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Iulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpin pun”(QS. Az-Zumar 23).

Alqur’an sudah memberikan faidah ruhaniah bagi kaum muslimin dengan membacanya saja. Apalagi jika umat Islam dapat mengamalkan ajaranya secara penuh,maka pastilah kejayaan umat Islam akan kembali.
Diakui atau tidak, umat Islam saat ini memang tidak lagi terlalu akrab dengan al-Quran. Mungkin mayoritas di antara kita tidak sempat lagi menyisihkan 5 menit dari waktu yang ada untuk membaca Al-Qur’an pada setiap harinya. Atau yang lebih parah lagi, sebenarnya telah banyak di antara kita yang tidak lagi mengerti cara membaca kitab agung tersebut. Maka jangan salahkan Al-Qur’an manakala mutu hidup kita mengalami kemerosotan.

Padahal membacanya  saja telah mendatangkan efek bagi lapangnya rumah yang kita huni dan akan disambangi oleh malaikat. Sebagaimana sabda rasulullah, “Sesungguhnya rumah itu akan terasa luas bagi penghuninya, akan didatangi malaikat, dijauhi setan dan akan membanjiri pula kebaikan ke dalamnya jika dibacakan Al-Qur’an di dalamnya. Sebaliknya, rumah itu akan terasa sempit bagi penghuninya, akan dijauhi malaikat dan akan didatangi setan serta tidak akan banyak kebaikan di dalamnya jika tidak dibacakan Al-Qur’an” (HR. Ad-Darimi).

9.    Menyukai orang yang bertobat dan mengikuti jalan Allah
Malaikat amat sayang dengan hamba-hamba Allah yang melakukan pertobatan. Para malaikat berkenan memanjatkan doa dan permohonan ampunan bagi mereka.

Firman-Nya, “(Malaikat-malaikat) yang memikul arsy dan malaikat yg berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan), ”Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala. Ya Tuhan kami, dan masukanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang shalih di antara bapak-bapak mereka dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu, maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar” (QS. Al mukmin 7-9).

Mencermati bunyi doa yang dilantunkan para malaikat,betapa kita merasakan tingginya empati mereka atas nasib manusia. Para malaikat sungguh-sungguh ingin agar manusia bisa selamat dari azab Allah di yaumil akhir, sekaligus berharap agar manusia memperoleh kabahagiaan tertinggi di sisi Allah dalam alam keabadian itu.

Bercermin pada sikap para malaikat tersebut, mestinya kita malu atas semua dosa dan pembangkangan yang telah kita lakukan. Pemahaman manusia tentang azab dan siksa Allah memang dangkal. Demikian juga tentang pemahaman mengenai nikmat Allah, kita sungguh tidak mengerti. Sementara para malaikat nampaknya paham tentang bagaimana dahsyatnya siksa Allah dan betapa indahnya nikmat-Nya. Inilah barang kali yang membuat para malaikat senantiasa prihatin dengan perilaku manusia.(bersambung).

(sumber: Jejak Malaikat Di Bumi, M. Hilal Tri Anwari, Pustaka Al Kautsar, 2009, Jakarta, hlm. 345-364).{}

Related

supranatural 7692378986997185354

Follow Us

Connect Us

Side Ads

Text Widget

Info Pasang Iklan
KlikDisini !

Recent

Comments

Flag Counter

Social Community

item