Barang Bekas Jadi Berkah
https://onani-crot.blogspot.com/2014/11/barang-bekas-jadi-berkah.html
Sebab pengalamannya berburu barang bekas di pasar Klitikhan yang padat pengunjung sangat tidak nyaman. Dengan kondisi demikian, mereka yakin pasti banyak orang yang senang mencari barang bekas sepertinya tapi tidak mau belanja di tempat seperti itu. Gelap dan harus berhimpit-himpitan dengan orang tak dikenal.
Atas fakta itu, mereka kemudian berfikir untuk melakukan sesuatu yang berbeda, menjual barang bekas dengan konsep modern. Sebelumnya mereka melakukan survey ke toko barang bekas (Barkas) di Bandung. Baru pada Juni 2005 membuka usaha yang sama di Jl Affandi Yogyakarta.
“Ada orang punya tas, karena bagusnya sampai awet. Tapi begitu ada model baru ia beli lagi dan yang lama hanya menumpuk di gudang. Sementara ada orang lain yang tidak bisa membeli tas baru. Itulah yang kami fasilitasi agar yang tidak bisa membeli tas baru itu bisa memenuhi kebutuhannya,” urai Jimmy tentang ide bisnisnya.
Di luar dugaan usahanya mendapat respon luar biasa dari masyarakat kota pendidikan ini. Usaha yang dimulai dari satu petak ruko pada 2005 itu kini telah diperluas menjadi tiga petak dan seolah sudah menjadi supermarket barang-barang bekas.
Padahal awalnya, kata dia, Barkas, nama usahanya, hanya menyasar mahasiswa karena perputaran mahasiswa di Yogjakarta cukup tinggi. Karena mahasiswa yang baru datang butuh barang sedangkan yang sudah lama dan mau pulang ke kota asalnya mau jual barang.
Tapi kenyataannya konsumen Barkas merambat ke semua golongan. Barang jualannya pun makin beragam, ada mainan untuk anak-anak, alat-alat musik, furnitur dan perlengkapan rumah tangga.
Untuk memperbanyak barang jualan ia menerapkan sistem titip dengan biaya penitipan sebesar 10% dari harga jual yang ditentukan atas kesepakatan bersama. Masa penitipan dipatok selama 20 hari dan maksimal dua kali perpanjangan. “Makanya dibuat aturan kalau tujuh hari setelah masa penitipan habis, tidak diurus pemiliknya maka hari berikutnya barang kita jual agar tidak rusak di sini,” jelas Jimmy.
Setelah terjual, penitip bisa mengambil uangnya pada tanggal yang telah ditentukan, yaitu tanggal 5, 10, 15, 20 dan 27 setiap bulannya. Dengan mekanisme seperti itu, tidak tanggung-tanggung Barkas bisa menembus omzet lebih dari Rp 150 juta perbulan.
Sementara itu, dua orang pelanggan Barkas Nina dan Riza mengaku sering mengunjungi Barkas. Kehadiran toko ini diakui mereka sangat membantu hobinya mengumpulkan barang-barang unik.
“Keberadaan Barkas sangat membantu melengkapi koleksi. Saya pernah memperoleh kamera bekas yang lucu di sini, “ tutur Nina.
Jimmy menambahkan, modal awal saat memulai usaha ini sekitar Rp60 jutaan. Untuk sewa ruko sebesar Rp50 juta, untuk display dan gaji karyawan skitar Rp10 jutaan. Semula barang-barang bekas miliknya sendiri juga ikut dipajang, sambil mereka juga membeli barang bekas dari luar dan etelase bekas yang kemudian dijual juga.
Awalnya mereka mempekerjakan enam orang karyawan dengan 2 shift. Kini karyawan sudah mencapai 30-an dan tokonya sudah diperluas hingga mencapai tiga petak ruko.
Usaha ini rupanya menarik perhatian Sri Sultan Hamengkubuwono X. Jimmy dan Erwin sempat dipanggil ke Kraton dan diminta untuk mempromosikan Barkas. Bahkan Sri Sultan dan istrinya bahkan turut menitipkan barang bekasnya di Barkas.
“Saya senang agar orang-orang tidak konsumtif dengan barang baru terus, barang bekas juga bisa dimaksimalkan penggunaannya,” kata Jimmy menirukan ucapan Sri Sultan waktu itu.
Seiring bertambahnya barang jualan, tiga petak ruko tidak lagi cukup menampung semua barangnya. Terutama untuk mebel dan furniture yang berjubel di luar. Pada 2006 Barkas membuka cabang di Jl Kaliurang, yang kini telah pindah ke Ruko Pogung Permai, tak jauh dari Jl Kaliurang. Kini Barkas tak hanya menjual barang bekas, tapi juga barang baru tapi unik.
