Pipa Paralon Jadi Pundi Rupiah

https://onani-crot.blogspot.com/2014/11/pipa-paralon-jadi-pundi-rupiah.html
PIPA paralon tidak sekadar
sebagai material bangunan yang dipakai untuk mengalirkan air, melainkan
dapat disulap menjadi kerajinan yang lebih bernilai. Jika di bakar pipa paralon
akan mengekuarkan guratan yang diolah layaknya kerajinan kayu. Karya seni
ini dapat mengalirkan rupiah yang cukup besar.
Ilham
Wirahadikusumah, warga Cibolang, Cisaat, Sukabumi, Jawa Barat, menemukan teknik
pembakaran paralon secara tak sengaja, pada tahun 2003. Mantan kontraktor
ini punya hobi membuat aneka barang kerajinan. Awalnya ia membuat kerajinan
dari kayu. Namun, karena kayu makin sulit didapat dan pesaing makin berjubel,
Ilham mencoba mengutak-atik bahan baku selain kayu jadi barang kerajinan.
Setelah mencoba beberapa alternatif lain, pilihannya jatuh pada pipa paralon.
Produk kerajinan yang dihasilkan antara lain wadah tisu, lampion, wadah botol, pigura lukisan, meja-kursi, dan sebagainya. Barang-barang tersebut dijual dengan kisaran harga Rp. 100.000 sampai jutaan rupiah. Selain itu ia juga menyediakan kerajinan murah meriah, seperti gelang, gantungan kunci, kalung, dan lain-lain. “Kalau yang ukuran kecil ini harganya Rp. 10.000 – Rp 30.000.” kata Ilham.
Tersohor lewat pameran
Saat pertama kali diajak Pemda Sukabumi berpameran di Jakarta, Ilham tak yakin hasil karyanya bakal laku. Dari pameran di gedung SMESCO, Jakarta, Oktober 2009, ia meraup omzet Rp 65 juta. Hasil penjualan sekitar 200 item barang kerajinan yang dibawanya. Keikutsertaannya dari pameran ke pameran membuat karyanya makin dikenal. Bahkan, kebanjiran order dari konsumen dalam dan luar negeri.
Sayangnya, kenaikan permintaan tak mampu diimbangi dengan peningkatan kapasitas produksi. Karena seluruh proses produksi dikerjakan secara manual sehingga tak bisa menghasilkan produk secara massal. Permintaan dari Australia, Jepang, dan Cina baru bisa dipenuhi dalam jumlah kecil karena kapasitas produksinya baru sekitar 300 item/bulan. Maklum, Ilham masih mengerjakan sendiri proses pembuatan produk, terutama saat pembakaran dan proses finishing. Ia hanya memiliki dua karyawan yang dinilai sudah terampil. “Menemukan orang yang telaten dan terampil mengerjakan kerajinan ini tak mudah. Saya berniat memberi pelatihan kepada para pemuda di kampung ini supaya cukup tenaga untuk mengerjakan banyaknya pesanan,” tutur Ilham yang sedang memproses paten untuk teknik pembakaran paralon.
Kreasi tanpa henti
Salah satu syarat kesuksesan sebuah usaha adalah selalu menawarkan produk baru ke konsumen. Untuk itu Ilham juga terus menciptakan bentuk baru dari kreasi pipa. Awalnya, ia memadukan pipa dengan lampu untuk membuat lampion. Selanjutnya, ia memadukan sapuan cat di kanvas dengan pigura yang terbuat dari lempengan paralon bakar.
Selain membuat bentuk-bentuk baru, ia juga bereksperimen untuk menghasilkan warna-warna baru. Kalau awalnya ia hanya melapisi paralon bakar dengan lapisan (coating) berupa varnish atau pelitur sehingga warna produk mengkilap kecoklatan persis kerajinan dari kayu. Berikutnya, ia mencoba beberapa cat dan teknik pengecatan sehingga produk yang dihasilkan juga berwarna seperti warna logam. Misalnya keperakan atau warna tembaga.
Produk unik dan beragam, bisnis pun kian berkembang.
Efek paralon bakar
Beberapa hasil menarik dari eksperimen pembakaran paralon. Dari proses pembakaran itu paralon mengeluarkan guratan tak beraturan. Paralon warna putih menghasilkan warna kuning kecokelatan seperti tekstur kayu, sedangkan paralon abu-abu menghasilkan warna keperakan. Tekstur kayu yang muncul dari guratan pipa itu membuat kerajinan ini sangat mirip dengan kerajinan dari kayu. Bedanya, kerajinan dari pipa ini lebih ringan.
Penemuan berikutnya adalah sifat lentur yang muncul setelah pipa dibakar. Ini memudahkan Ilham untuk membentuk menjadi berbagai macam kerajinan. Jika teknik kurang bagus atau suhu terlalu tinggi, pipa akan gosong dan tak bisa jadi barang kerajinan nan antik.
Tak hanya bulat seperti bentuk asli pipa, ia juga membuat kerajinan berbentuk kotak, datar, bahkan dengan teknik yang lebih rumit misalnya membuat aksen mirip tali sepatu. Selama ini yang digunakan adalah pipa dengan diameter ¼ inci hingga 8 inci.
Bermodal barang bekas
Ketika ditanya berapa modal yang dikeluarkan untuk memulai usaha ini, Ilham tersenyum. Menurutnya, bahan baku yang digunakan adalah paralon bekas. Tentu saja uang yang digelontorkan untuk mengawali bisnis ini tak banyak, sekitar ratusan ribu saja. Belakangan, ketika permintaan makin banyak, Ilham kesulitan memperoleh paralon bekas. Ilham pun membeli paralon baru sebagai bahan baku. “Tapi saya tetap mencari perusahaan atau instansi yang menghasilkan paralon bekas,” kata Ilham.
Produk kerajinan yang dihasilkan antara lain wadah tisu, lampion, wadah botol, pigura lukisan, meja-kursi, dan sebagainya. Barang-barang tersebut dijual dengan kisaran harga Rp. 100.000 sampai jutaan rupiah. Selain itu ia juga menyediakan kerajinan murah meriah, seperti gelang, gantungan kunci, kalung, dan lain-lain. “Kalau yang ukuran kecil ini harganya Rp. 10.000 – Rp 30.000.” kata Ilham.
Tersohor lewat pameran
Saat pertama kali diajak Pemda Sukabumi berpameran di Jakarta, Ilham tak yakin hasil karyanya bakal laku. Dari pameran di gedung SMESCO, Jakarta, Oktober 2009, ia meraup omzet Rp 65 juta. Hasil penjualan sekitar 200 item barang kerajinan yang dibawanya. Keikutsertaannya dari pameran ke pameran membuat karyanya makin dikenal. Bahkan, kebanjiran order dari konsumen dalam dan luar negeri.
Sayangnya, kenaikan permintaan tak mampu diimbangi dengan peningkatan kapasitas produksi. Karena seluruh proses produksi dikerjakan secara manual sehingga tak bisa menghasilkan produk secara massal. Permintaan dari Australia, Jepang, dan Cina baru bisa dipenuhi dalam jumlah kecil karena kapasitas produksinya baru sekitar 300 item/bulan. Maklum, Ilham masih mengerjakan sendiri proses pembuatan produk, terutama saat pembakaran dan proses finishing. Ia hanya memiliki dua karyawan yang dinilai sudah terampil. “Menemukan orang yang telaten dan terampil mengerjakan kerajinan ini tak mudah. Saya berniat memberi pelatihan kepada para pemuda di kampung ini supaya cukup tenaga untuk mengerjakan banyaknya pesanan,” tutur Ilham yang sedang memproses paten untuk teknik pembakaran paralon.
Kreasi tanpa henti
Salah satu syarat kesuksesan sebuah usaha adalah selalu menawarkan produk baru ke konsumen. Untuk itu Ilham juga terus menciptakan bentuk baru dari kreasi pipa. Awalnya, ia memadukan pipa dengan lampu untuk membuat lampion. Selanjutnya, ia memadukan sapuan cat di kanvas dengan pigura yang terbuat dari lempengan paralon bakar.
Selain membuat bentuk-bentuk baru, ia juga bereksperimen untuk menghasilkan warna-warna baru. Kalau awalnya ia hanya melapisi paralon bakar dengan lapisan (coating) berupa varnish atau pelitur sehingga warna produk mengkilap kecoklatan persis kerajinan dari kayu. Berikutnya, ia mencoba beberapa cat dan teknik pengecatan sehingga produk yang dihasilkan juga berwarna seperti warna logam. Misalnya keperakan atau warna tembaga.
Produk unik dan beragam, bisnis pun kian berkembang.
Efek paralon bakar
Beberapa hasil menarik dari eksperimen pembakaran paralon. Dari proses pembakaran itu paralon mengeluarkan guratan tak beraturan. Paralon warna putih menghasilkan warna kuning kecokelatan seperti tekstur kayu, sedangkan paralon abu-abu menghasilkan warna keperakan. Tekstur kayu yang muncul dari guratan pipa itu membuat kerajinan ini sangat mirip dengan kerajinan dari kayu. Bedanya, kerajinan dari pipa ini lebih ringan.
Penemuan berikutnya adalah sifat lentur yang muncul setelah pipa dibakar. Ini memudahkan Ilham untuk membentuk menjadi berbagai macam kerajinan. Jika teknik kurang bagus atau suhu terlalu tinggi, pipa akan gosong dan tak bisa jadi barang kerajinan nan antik.
Tak hanya bulat seperti bentuk asli pipa, ia juga membuat kerajinan berbentuk kotak, datar, bahkan dengan teknik yang lebih rumit misalnya membuat aksen mirip tali sepatu. Selama ini yang digunakan adalah pipa dengan diameter ¼ inci hingga 8 inci.
Bermodal barang bekas
Ketika ditanya berapa modal yang dikeluarkan untuk memulai usaha ini, Ilham tersenyum. Menurutnya, bahan baku yang digunakan adalah paralon bekas. Tentu saja uang yang digelontorkan untuk mengawali bisnis ini tak banyak, sekitar ratusan ribu saja. Belakangan, ketika permintaan makin banyak, Ilham kesulitan memperoleh paralon bekas. Ilham pun membeli paralon baru sebagai bahan baku. “Tapi saya tetap mencari perusahaan atau instansi yang menghasilkan paralon bekas,” kata Ilham.